Tuesday, November 22, 2011

Laporan Invita 2011

Pada hari Rabu, 26 Oktober 2011, sekolah SMP Labschool mengadakan acara tahunan yaitu Industry Visit dan Tafakur Alam (INVITA). Pada hari Rabu, tepatnya pada sore hari, kami melaksanakan pembukaan INVITA di masjid Baitul Ilmi, yang diawali dengan shalat ashar. Setelah itu, kami semua langsung menuju bus, dan meletakkan koper pada bus masing- masing. Tiap bus mempunyai angka tersendiri, bergantung pada urutan kelasnya. Bis kami, kelas 8C yang bernomor 3, berangkat terakhir. Lalu, kami memulai perjalanan dengan basmalah, memohon keselamatan. Perjalanan sekitar 12 jam ini hingga membuatku bosan. Walaupun membawa blackberry, saya takut baterainya habis. Selama 5 hari INVITA kami akan dipandu oleh mas Leo, pemandu bus 3. Malamnya, sekitar pukul 7an, kami transit di kota setempat dan makan malam serta shalat di restoran lokal. Kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta, dan terkadang transit untuk mencari toilet terdekat. Pagi tiba, kami makan pagi serta shalat dan mandi di restoran lokal. Lalu, berita datang. Kami diberi tau mas Leo bahwa mas Leo mendapat kabar duka dari keluarganya, sehingga kami diganti dengan pemandu sementara.

Perjalanan dilanjutkan menuju objek wisata pertama, Gunung Merapi. Kami akan melakukan Lava Tour di sana, melihat rumah (almarhum) Mbah Maridjan,dan melihat pula hasil kerusakan yang disebabkan oleh erupsi gunung merapi pada tahun 2010. Di sana yang seharusnya panas, malah sebaiknya. Rasa kembai ke alam pun terasa. Setelah itu, kami melanjutkan wisata menuju Kraton Yogyakarta yang berada cukup jauh karena ada di tengah- tengah Kota Yogyakarta. Sekitar 1 jam telah berlalu, dan rombongan telah sampai di daerah Kraton Yogyakarta. Saat itu, Kota Yogyakarta bersuhu cukup panas. Semua siswa- siswi mulai masuk menuju Kraton Yogyakarta. Begitu megahnya Kraton Yogyakarta yang dihiasi dengan pohon beringin. Di dalam Kraton Yogyakarta, ada berbagai tempat untuk keluarga Kraton Yogyakarta termasuk para Abdi Dalem. Di dalamnya juga terdapat museum, loch! Setelah berkeliling, kami menuju bus dan berjalan menuju restoran Taman Firdaus yang diisi selain makan, juga shalat. Selanjutnya, kami langsung menuju pusat batik Rara Jonggrang. Di sana, kita bisa melihat jenis- jenis batik tradisional, mulai dari batik tulis hingga batik print dan juga menyaksikan cara pembuatannya. Lalu, kami diarahkan ke gift shop pusat batik Rara Jonggrang. Sayang, hasil batik- batik ini tidak murah,karena batik itu Batik Tulis. Tujuan wisata kami selanjutnya adalah pusat kerajinan perak Kota Gede. Memang tempatnya kecil tapi luas, tapi di sana hampir seperti pusat batik Rara Jonggrang. Anda dapat menyaksikan cara pembuatannya, serta hasil- hasilnya yang dijual dengan harga yang tidak murah.


Saat itu sudah sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB sedangkan check- in hotelnya dijadwalkan sekitar pukul 16.00 WIB. Hotel yang kami akan nginapi adalah Hotel Grand Quality. Setelah sampai di sana, kami diberikan kartu kamar dan tiket untuk sarapan di hotel. Kami menginap di kamar yang bisa dianggap “di atas standar”. Kami diberi waktu untuk istirahat hanya sekitar 90 menit. Sebagian dari kami membersihkan diri di hotel karena paginya (saat transit di restoran lokal) tidak mandi, hanya merapikan diri. Lalu kami menaiki bus kembali untuk makan malam di Grafika Restoran (mas Leo nya sudah kembali). Menjelang pukul 21.00, kami semua kembali ke bus dan menuju Candi Prambanan, tepatnya di daerah Sendratari Ramayana, untuk menyaksikan acara Sendratari Ramayana yang begitu indah. Tapi sayangnya disanaHujan turun dengan derasnya di saat pembukaan pentas, sehingga mendorong kami agar segera menuju bus untuk berlindung.
Sebenarnya, berhubungan dengan cuaca yang tidak bersahabat Sendratari ditunda. Tapi, keputusan diambil untuk kembali ke hotel, bahkan karena beberapa murid 8C sangat berminat untuk menonton hingga harus dipaggil dari ruangan indoor dimana acara berlangsung. setelah itu, langsunglah kami ke hotel karena kami adalah bus terakhir yang berangkat dari area Sendratari Ramayana. Malamnya di kamar, dikamar saya sangat cepat tidur karena lelah.
Esok hari, hari ke- 3 acara INVITA, kami langsung menuju satu- satunya pabrik gula di Kota Yogyakarta, Pabrik Gula Madukismo. Sayangnya, pabrik ini sudah selesai memproduksi gulanya karena masa panen tebu (gula) nya sudah habis. Jadi, kami hanya dapat melihat alat pabriknya dibersihkan dan melihat proses pengantungan gula. Selanjutnya, kami mengarah ke UGD (Unit Gawat Dagadu) yang berada di jalan kecil. Tapi, karena waktu sudah mencapai waktu shalat jum'at, maka kami semua mencari masjid terdekat. Beruntungnya, ada 2 masjid yang berlawanan arah dari UGD. Sehabis kami shalat Jum'at, langsunglah kami mengarah menuju ke Malioboro dengan cuaca mendung ketika sampai di sana saya dan 4 teman saya berbelanja di  malioboro mall.waktu lagi di jalan mau ke bis...dompet saya ilang/jatuh,dan saya tidak bilang ke walikelas ataupun guru
Kami langsung berangkat dan berkeliling dan meminta untuk berhenti sejenak di depan sebuah toko baju. Saya membelikan pembantu saya baju yang mahal, tapi saya baru kalau harganya mahal pas baru di kasir, loch! Selanjutya, kami naik andongnya kembali dan kembali dimana kami memulai perjalanan. Lalu, saya manfaatkan waktu yang tersisa untuk membeli baju untuk adik saya. Juga, kami menuju objek wisata kita yang terakhir untuk hari tersebut, yakni Pantai Krakal, Gunung Kidul. Betapa senangnya serta segarnya melihat lautan yang menghadap langsung ke Samudera. Di sana pula, kami dapat melihat hewan- hewan pantai. Menjelang pukul 18.00 kami mempersiapkan diri untuk perjalanan 2 jam menuju Kota Yogyakarta, dan sesampainya di Kota Yogyakarta, kami makan malam dahulu di Gudeg Bu Citro. Setelah itu, kami menuju kembali ke hotel dan makan makanan hotel yang ditraktirkan teman sambil packing dan tidur. Paginya, hari terakhir acara INVITA, saya bangun dan melanjutkan packing serta persiapan terakhir menuju Jakarta. Tapi sebelum menuju Jakarta, kami membeli oleh- oleh di Pusat Oleh- Oleh Bakpia Djava yang letaknya tak jauh dari hotel Grand Quality. 
Selanjutnya, kami melakukan perjalanan sekitar 1 jam menuju SMA Taruna Nusantara, Magelang. Di sana itu, ada alumni SMP Labschool dan sekolah tersebut merupakan sekolah semi- militer. Setelah mendengarkan penjelasan tentang SMA TN, baik dari pihak sekolah maupun siswa- siswi, kami melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur, objek wisata terakhir acara INVITA. Tapi,  cuaca kurang bersahabat lagi, karena hujan turun dengan gerimis tapi hanya sebentar. Saat di perjalanan menuju puncak Candi Borobudur, keadaan mulai membaik, pemandangan yang begitu luar biasa dan berangin, dan setelah kami semua turun dari Candi Borobudur, kami menyempatkan untuk foto bersama, baik kelas maupun angkatan. Setelah itu, kami keluar dari areal Candi Borobudur untuk persiapan perjalanan menuju Jakarta. Di tengah perjalanan, kami makan di restoran lokal dan shalat. Masjid yag ada di dekat      restoran tersebut sedang dapat tamu spesial, Lalu kami melanutkan perjalanan sampai akhirnya sempat transit di rest area pada waktu mendekati subuh dan shalat di situ.     
Akhirnya kami sampai di SMP Labschool Jakarta pada pukul sekitar 05.48

Tuesday, October 18, 2011

Kenapa Kita Tak Bangga Dengan Bahasa Indonesia

Kenapa Kita Tak Bangga Dengan Bahasa Indonesia?

Kenapa Kita Tak Bangga dengan Bahasa Indonesia?
Kenapa Kita Tak Bangga dengan Bahasa Indonesia?
Bahasa menunjukkan bangsa. Setiap bangsa pasti memiliki bahasanya sendiri, dan merasa bangga dengan bahasa mereka. Bahkan mereka berusaha keras untuk memperkenalkan bahasa bangsanya ke forum-forum international. Meskipun mereka  tahu bahwa bahasa Inggris telah menjadi bahasa Internasional yang banyak dipakai oleh masyarakat dunia dalam berkomunikasi. Kebanggaan itu akan terlihat ketika mereka bernarsis diri dalam blog mereka seperti para peserta didik saya yang sangat bangga dengan sekolahnya. Lihatlah wajah-wajah mereka dalam foto di atas!
Saya tertegun sesaat, ketika salah satu sahabat saya bercerita tentang kunjungannya ke beberapa negara di Eropa. Orang Perancis sangat bangga dengan bahasa nasionalnya. Setiap turis asing yang melancong ke negerinya akan diarahkan untuk mengenal, dan mengerti bahasa Perancis. Begitupun dengan orang Jerman, dan Swiss. Berbeda sekali dengan negeri yang kita cintai ini. Kita justru lebih suka berbahasa Inggris daripada bahasa sendiri. Para turis asing yang berwisata ke negeri ini tidak kita arahkan untuk mengenal, dan mengerti bahasa Indonesia. Jarang sekali saya temui, ada turis asing dari manca negara yang langsung diajarkan bahasa Indonesia oleh guide atau pemandu wisata di negeri ini. Misalnya dengan kata-kata, “Hai apa kabar?” atau “Selamat datang di negeri impian dan negeri surgawi Indonesia”.
Hal yang lebih menyakitkan lagi, para guru  di sekolah RSBI diminta menyampaikan materi pelajarannya dalam dua bahasa (Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia), dan kalau bisa bahasa Inggrisnya lebih ditonjolkan ketimbang bahasa Indonesia, karena sekolah sudah diharuskan untuk bertaraf internasional dengan menguasai bahasa Inggris. Padahal tidak seperti itu seharusnya penerapan bilingual dalam pembelajaran di sekolah.
Bahasa hanya sebagai sarana saja menyampaikan pesan. Jadi, bila seorang guru ingin pesannya sampai kepada para peserta didik, gunakanlah bahasa Indonesia dalam menyampaikan materinya, dan bukan memakai bahasa Inggris yang terlihat keren didengar, tetapi tidak dipahami pesannya oleh peserta didiknya. Oleh karenanya, penerapan dua bahasa (bilingual) di sekolah-sekolah kita, terutama sekolah RSBI/SBI harus dievaluasi segera agar supaya generasi penerus bangsa ini bangga dengan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia harus terus dipakai dalam dunia pendidikan kita. Posisinya tak boleh tergantikan dengan bahasa internasional. Bahasa Indonesia harus terus berkembang, dan dikembangkan oleh para guru di sekolah agar kesusastraan terus bermetamorforsis mencapai keindahannya. Bahasa Indonesia harus menjadi bahasa resmi di negeri sendiri dalam hal berkomunikasi. Dia harus menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Sebagai sarana komunikasi, bahasa juga mampu membangun keterampilan berkomunikasi, keterampilan menyampaikan pendapat, gagasan, dan pandangan dalam menyikapi suatu persoalan yang dihadapi dalam kehidupan pada era global ini. Keterampilan seperti itu tentu sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan zaman.Tak Terkecuali, para blogger yang telah memiliki blog sendiri di internet, dan mengelolanya secara mandiri.
Kenapa kita tak bangga dengan bahasa Indonesia?
Dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini, blog berhasil merebut perhatian masyarakat dan menjadi trend yang sangat digemari, terutama di kalangan pengguna internet. Atas dasar itu, banyak lembaga menyelenggarakan lomba blog dengan maksud untuk memberikan penghargaan kepada pembuat blog yang bernilai unggul, baik dari sisi artistik, informatika, maupun kemanfaatan isi yang termuat di dalam blog tersebut.
Lomba itu diadakan untuk membiasakan diri para blogger agar mampu menulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan begitu seorang blogger akan memiliki peran tersendiri dalam mempublikasikan khasanah ilmu, dan kesusastraan Indonesia di ranah maya.
Para pengelola blog atau blogger seharusnya bangga dengan bahasa kita. Kebanggaannya itu harus dipublikasikannya dalam bentuk tulisan atau postingan di blog yang senantiasa mencerminkan kebanggaan dan kecintaan kepada bahasanya sendiri. Berusaha untuk menyuguhkan informasi yang dapat dipahami dan dimengerti dengan bahasa Indonesia yang mudah dicerna oleh siapa saja para pengguna inernet (netter) yang membaca blognya itu.
Kenapa kita tak bangga dengan bahasa Indonesia? Jawabnya, karena kita tidak membiasakan diri menulis dan membaca dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, peran guru TIK sangat penting agar mampu mengarahkan para peserta didiknya untuk mampu menulis dalam blog mereka dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sebagai seorang pengajar mata pelajaran TIK di SMP, hal  di atas itulah yang saya lakukan. Saya pun mengumpulkan alamat link blog peserta didik dalam sebuah blog di http://materi-tik-smp.blogspot.com/. Dengan begitu, saya bisa memantau tulisan-tulisan mereka, dan mengambil tulisan terbaik untuk diterbitkan dalam majalah sekolah yang bernama GEMA SMP Labschool Jakarta. Mari bangga berbahasa Indonesia.